Sabtu, 26 Desember 2009


Nice Photo!
I get this moment with my best around Garut,West Java about 3 months ago.

Rabu, 16 Desember 2009

Sketsa
Tulisan ini diawali oleh keinginan saya untuk mengabadikan momen-momen berharga yang terkadang terlewat begitu saja di memori otak yang hanya mampu menyimpan data dalam jumlah terbatas. Bahkan dalam sebuah buku yang pernah saya baca, jika sebuah momen yang pernah terjadi dalam kehidupan kita tidak kita rewind kembali dalam ingatan kita, maka bisa jadi kenangan tersebut akan terhapus dan tidak akan tersimpan dalam memori jangka panjang pada otak. Atas dasar itu maka mulai saat ini saya akan berusaha menuangkan setiap cerita yang pernah dilewati,karena terkadang otak kita pun hanya mampu mengingat secara garis besarnya saja, sedangkan setiap detilnya terkadang terlewat tanpa teringat sama sekali
Bandung, 1 Mei 2009
           Siang itu sepulang kuliah saya langsung menuju masjid untuk menunaikan Shalat Jum’at. Tapi sepertinya saya lupa bahwa disini shalat dimulai jam 12.15 dan karena saya baru tiba di rumah pada jam 12 teng, ditambah mandi (yang pastinya lebih dari 10 menit) akhirnya status saya di masjid itu adalah masbuq yang shalat di emperan masjid. Untungnya saya bawa sajadah, jadi kenangan buruk shalat beratapkan langit beralaskan tanah tak lagi terulang kembali. Sepulang Shalat Jum’at matahari terasa sangat terik diluar, yang membuat suasana di dalam rumah saya menjadi sangat nyaman. Siang itu saya lalui hanya dengan bermalas-malasan di atas kasur. Padahal saya belum mempersiapkan sama sekali keperluan untuk berangkat ke Jogja sore ini. Ada sebuah Seminar Nasional Statistika di UGM yang ingin sekali saya hadiri. Seminar yang mengangkat tema mengenai penerapan Statistika dalam dunia Bisnis. Mengingat minimnya ilmu mengenai penerapan Statistika dalam dunia nyata yang saya peroleh di kampus, maka seminar tersebut jadi memiliki daya tarik tersendiri bagi “hasrat” yang saya miliki.
Dua jam berlalu dan saya masih belum mempersiapkan apapun dan bahkan masih belum juga beranjak dari kasur sambil membuka akun Yahoo! Messenger dari ponsel saya. Ada sekitar 10 teman yang online saat itu. Kemudian terlintas di pikiran untuk mencari teman yang tinggal di Bandung, jadi saya bisa menanyakan rute angkutan kota menuju stasiun Bandung. Sehari-hari saya menggunakan sepeda motor, dan hampir tidak pernah menggunakan angkot. Jadi soal rute angkot Bandung jangan pernah Tanya saya, ya !! hehe.
Setelah berhasil mendapatkan rute Angkot, saya langsung offline (gak sopan banget sich Hehe). Karena udah jam 4 sore dan saya belum siap-siap, maka dengan segera saya mempersiapkan semuanya. Mulai dari beli keperluan mandi di Toserba Yogya seberang komplek, sampai membeli sebungkus batagor untuk bekal di jalan nanti (yang pada akhirnya habis dimakan bahkasn sebelum berangkat,hehe).
Jam 5 tepat saya beranjak dari rumah. Menanti kedatangan angkot menuju GedeBage yang jarang lewat kalo udah sore begini. Akhirnya datang satu dan dengan segera saya menuju Gede Bage dan segera naik angkot lagi menuju Stasiun. Kebetulan jok depan masih kosong dan tanpa pikir panjang segera saya duduki depan. Tak berapa lama angkot mulai berjalan ugal-ugalan. Sang sopir di sebelah nampaknya bukan orang yang penyabar dalam mengemudikan kendaraan. Ingin rasanya mendaratkan kepalan tangan di mukanya yang legam. Tapi teringat jadwal kereta dan saya tak mau kehilangan uang untuk beli tiket kereta hanya karena saya terlambat gara-gara adu jotos sama supir angkot yang tak berperi kepenumpangan.
Jalanan di sekitar Buah Batu lumayan padat, yang membuat waktu tempuh semakin lama. Dan akhirnya tiba di stasiun sekitar sejam kemudian. Sebelum masuk saya putuskan untuk membeli makanan terlebih dulu di depan Stasiun. Setelah menimbang, mengukur, dan mengira-ngira (halagh), akhirnya saya putuskan beli sepiring Nasi Padang. Yang rasanya ternyata lumayan dan porsinya pas buat mengisi perut yang belum diisi seharian.
Dengan lagkah gontai (karena kenyang) saya menuju stasiun. Sempet kebingungan juga nyari tempat beli tiket peron yang ternyata dari tadi ada di depan mata. Di dalam stasiun ternyata Sandi sudah menunggu. Dan ternyata dia sudah menunggu sejak jam 6 sore tadi, karena salah informasi yang dikira kereta berangkat jam 7. Padahal di jadwal jam 8. Dan pada kenyataannya berangkat jam 8.15. setelah semua datang, Wisnu, Citra, Victor, Ika, dan Fiky, kami langsung menuju tempat duduk yang berada di gerbong terakhir. Setelah semua duduk dengan tenang, kami mulai mencoba senyaman mungkin dengan tempat duduk yang empuknya “nanggung” antara empuk dan keras. Sesaat sebelum kereta berangkat, ada dua orang wanita muda yang melintas di hadapan kami. Saya dan Sandi seakan tak berkedip saat melihat sang wanita muda itu lewat. Wanita berjilbab emas. Wajahnya yang putih bersih seakan menerangi lorong – lorong gerbong yang remang karena redupnya lampu kereta. Soal selera pada “cewek” sepertinya saya dan sandi memiliki banyak kesamaan.
Selama dua jam pertama kami terus bercanda-canda dan seperti tak peduli akan sekitar. Setelah tak lama kemudian waktu berlalu semakin larut, rasa kantuk yang menyerang sudah tak dapat lagi dibohongi. Saya mencoba untuk tertidur. Namu ternyata tak mudah untuk terlelap diantara pengapnya gerbong yang jendela nya sulit dibuka, dan kipas anginnya dimatikan oleh ibu-ibu penumpang depan. Ya, memang ini bukan kereta ekonomi tapi berkelas Bisnis,Lodaya Malam, yang masih satu rangkaian dengan gerbong-gerbong eksekutif di depan. Namun meski sudah semakun larut, udara di dalam gerbong nampaknya tak sedingin di luar. Karenanya saya yang hanya sempat tertidur tak lebih dari setengah jam yang kemudian terbangun karena sebagian tubuh sudah basah oleh keringat. Dan begitu juga Sandi yang ternyata belum tertidur sama sekali. Victor juga begitu, dia yang sebangku dengan bapak-bapak asing yang sejak tadi merokok nampaknya tak merasa nyaman dengan posisi duduknya. Ika dan Fiky mampaknya yang paling pules tidurnya malam itu, begitu juga Wisnu dan Chitra, meski sebelumnya mereka sempet berganti posisi berkali-kali.
Jam 1 malam itu terasa sangat pengap di gerbong, hingga akhirnya saya memutuskan untuk menuju sambungan gerbong kereta, menghisap sebatang Dji Sam Soe Magnum bersama Sandi. Pintu gerbong yang terbuka membuat suasana menjadi lebih nyaman. Meski bau toilet yang merayap sangat mengganggu. Tak berapa lama kemudian saya kembali ke tempat duduk dan meminta sandi untuk menyalakan kipas angin, dan lumayan,kali ini lebih nyaman.
Sandi kembali ke sambungan gerbong dan mengobrol dengan beberapa penumpang lainnya,begitu juga Wisnu yang terbangun. Namun mata ini sudah tak tertahankan lagi. Dan akhirnya saya tertidur juga. Sekitar jam 4.30 saya terbangun dan ternyata sudah hampir tiba di Stasiun Tugu. Karena merasa sudah hampir tiba maka saya pun segera membereskan barang-barang dan bersiap untuk turun. Tak berapa lama kemudian kereta tiba di stasiun Tugu. Tepat jam 4.40. kami berjalan keluar stasiun. Memang ini bukan pertama kali saya ke stasiun ini, tapi sepertinya sudah sangat lama karena beberapa tahun terakhir saat mudik lebaran selalu menggunakan mobil pribadi. Mungkin sudah 7 atau 8 tahun yang lalu terakhir saya ke stasiun ini. Suasana yang khas stasiun dengan puluhan penumpang yang menunggu kedatangan kereta maupun yang menjemput sanak saudara terlihat terduduk dan bahkan ada yang tertidur di kursi tunggu stasiun.
Setibanya di luar stasiun, kami “dikeroyok” oleh para supir taksi, becak, maupun mobil sewaan. Akhirnya kami memutuskan menggunakan mobil minibus sewaan mengingat jumlah kami yang 7 orang. Jalanan di kota Jogja dini hari itu masih sangat lengang, hanya ada satu atau dua saja kendaraan yang berpapasan dengan kami di jalan. Jam masih menunjukkan angkanya di pukul 5 pagi. Suasana yang berbeda bila anda berada di kota satelit Jakarta seperti kampong halaman saya, Bekasi. Jam segini biasanya jalanan sudah cukup ramai. Dipenuhi oleh orang-orang yang akan bekerja di Jakarta, Tangerang, dan sekitarnya.
Tak sampai setengah jam kami pun tiba di kos-kosan seorang temannya Ika. Yang ternyata sangat sempit dan berantakan. Maka kemudian kami memutuskan untuk mencari penginapan untuk sekedar mandi dan bersih-bersih. Akhirnya dengan diantar sang teman tadi kami mendapatkan sebuah penginapan di daerah Terban. Sewa nya 50 ribu dan hanya berbentuk sebuah kamar yang sangat sempit. Tapi untunglah dua kamar mandi diluar terasa sangat mencukupi untuk menyalurkan “hasrat” atau “panggilan alam” di pagi itu.hehe.
Tak terasa sudah jan enam pagi. Dan ternyata salah satu tas milik Ika tertinggal di mobil yang kami sewa tadi. Maka akhirnya Ika ditemani Sandi segera menuju stasiun untuk mencari tas tersebut yang untungnya masih ada di dalam mobil tadi. Setelah semuanya siap, kami berjalan ke depan. Penginapannya terletak agak kedalam, dengan sedikit menyusuri gang kecil kami sampai di jalan Terban. Dan ternyata tak ada angkutan umum yang langsung menuju tempat Seminar kami, yang berada di Auditorium MM UGM,jalan Kaliurang. Akhirnya setelah sempat tidak jadi menggunakan becak, kami pun memesan taksi melalui handphone. Tak berapa lama dua buah taksi lalu datang. Segera kami menaikinya dan menuju tempat Seminar. Sekitar 10 menit kemudian kami tiba di tujuan. Dengan terlebih dulu sarapan pagi di depan gedung, kami memasuki auditorium gedung tersebut yang ternyata sudah terisi sekitar ¾ nya. Kami masuk gedung tepat pukul 8 dan ternyata seminar baru akan dimulai pukul 10.

Setelah hampir dua jam berlalu, tanpa terasa seminar sehari itu pun usai juga. Tanpa menunggu seremonial penutupan saya segera menuju keluar dari auditorium. Dan segera mengambil sertifikat sebelum nanti akan penuh oleh peserta lainnya. Sedikit demi sedikit peserta mulai meninggalkan gedung dan akhirnya suasanya berubah menjadi agak sepi. Lalu sambil menunggu mobil sewaan yang belum juga datang, kami menunggu sambil duduk-duduk di bawah rimbunnya pohon di pelataran parkir gedung.
Malamnya, karena lapar maka kami pun segera bersiap untuk mencari makanan. Awalnya kami ingingin terlebih dulu membeli tiket kereta untung kepulangan besok, tapi ternyata tempat reservasi telah tutup sejam yang lalu. Maka kami pun memutuskan untuk kembali keesokan paginya. Kami mencari tempat makan dan akhirnya menemukan sebuah lesehan ayam goreng di daerah Jalan Mayjen Sutoyo
Jam 8.20
Setelah makan kami pun menuju alun-alun selatan Jogja yang ternyata masih sangat-sangat ramai, bahkan lebih ramai dari terakhir tadi saya kesini. Di tengah lapangan alun-alun selatan kota Jogja ini terdapat sepasang pohon beringin berukuran besar. Dan konon jika seseorang dengan mata tertutup berhasil melalui jalur tengah diantara pohon tersebut, maka keinginannya akan terkabul. Saya jelas sangat percaya dengan keinginan yang akan terkabul, jika kita panjatkan doa hanya pada Allah SWT dan tidak pada yang lainnya. Dan dengan berdoa sungguh-sungguh juga mengikuti semua adab dalam berdoa.
Tapi karena kami menganggap ini akan menjadi sebuah permainan yang menarik,maka kami memutuskan untuk mencobanya. Dengan berbekal uang 3000 rupiah kami menyewa penutup mata khusus yang disewakan di pinggir lapangan. Sandi yang pertama mencoba, dan gagal, jalannya melenceng jauh ke kanan, bahkan hampir kembali ke tempat semula.
Sebisa mungkin saya mencoba jalan sangat-sangat lurus, tapi ternyata tanpa bantuan mata sebagai pemandu navigasi terbaik kita dalam berjalan, semua terasa sia-sia. Sering kali kita meremehkan dan menyepelekan nikmat yang telah Allah SWT berikan pada kita, termasuk nikmat penglihatan, yang ketika mata tak mampu melihat maka pada akhirnya kita akan merasa sangat-sangat tidak berdaya.
Setelah berjalan beberapa meter saya membuka penutup mata dan ternyataaaaa…. Saya melenceng jauh ke sebelah kanan. Padahal hati saya sangat-sangat yakin telah berhasil dalam uji coba tersebut. Sandi mengatakan bahwa saya yang paling hebat, karena awalnya sebetulnya
saya berjalan lurus, namun ketika seorang SPG rokok melintas, saya berbelok mengikutinya (padahal saya saja tak mampu melihat apa-apa!). tapi lumayanlah, bisa jadi sebuah kisah yang menarik yang akan saya ceritakan pada anak dan cucu saya kelak! Amin.





 

Copyright 2010 Nunoo's Life Journal.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.